Minggu, 23 April 2017

PEMBOHONGAN ORANG ASLI PAPUA BARAT SECARA EKONOMI




P
EMBODOHAN ORANG ASLI PAPUA BARAT SECARA EKONOMI
Sumber : Mama - mama Yali.

Pejabat tinggi Negara Indonesia dengan banggahnya mengkampanyekan proyek besar mereka ke tingkat kawasan maupun internasional dengan jargon ekonomi dan pembangunan di papua barat sudah majuh bahkan anggaran APBN selalu memprioritaskan pembangunan di papua. Kampanye proyek semacam itu tak lain hanya untuk kepentingan NKRI demi menutupi tuntutan manipulasi sejarah integrasi dan penentuan nasib sendiri oleh rakyat papua barat. kenyataan bahwa memang Sejumlah instrument pembangunan ekonomi di papua sangat maju secara cepat di beberapa kota-kota besar di papua barat seperti Jayapura, Biak, Manokwari, Sorong, Timika, Merauke dan kota-kota lain yang belum sempat di sebutkanya. Misalnya banyak ruko-ruko mewah bertaburan sepanjang jalan raya, Mall-Mall, Toko-toko, restoran, rumah makan, hotel, dan berbagai macam merek bengkel service alat-alat teknologi. Rakyat papua begitu cepat menyesuaikan dengan proses pembangunan ekonomi itu dan tanpa memikirkan secara mendalam membeli dan memilikinya demi meningkatkan kebutuhan sehari-harinya. dengan memiliki sejumlah barang itu ia beranggapan bahwa saya yang paling hebat dan paling mampu dibanding orang papua yang lain. bahkan tiap hari orang papua belanja sejumlah merek pakaian baru yang ditawarkan di berbagai toko-toko besar di papua. semuanya itu baik adanya karena diperhadapkan dengan zaman global, namun dibalik semua itu ada semacam pembohongan dan pembodohan sistematis yang di mainkan oleh bangsa Indonesia terhadap orang asli papua barat untuk menuju marginalisasi orang pribumi sehingga orang pribumi suatu waktu merasa terpojokan lalu protes tentu mereka akan mengstikma atau mencap orang papua sebagai orang miskin, bodoh, tidak mampu bersaing, pemalas kerja dan sebagainya. sebenarnya gurunya itu siapa? salah satu contoh realita yang sederhana adalah pakaian yang tiap hari orang papua pakai bahkan dalam sehari biasa ganti dua hingga tiga kali. pejabat asli papua pun bangga dengan hasil kerapian pakaian dinasya lalu toki dadah, wah saya ini sudah pejabat satu-satunya yang harus dihargai. semua itu baik, namun apakah pernah sadarkan diri kalau pakaian yang digunakan adalah hasil karya ciptaan orang asli papua atau orang lain? Apakah pejabat orang asli papua pernah perdayakan orang asli papua menjadi penjahit atau pemproduk pakaian? kita sebagai orang papua tahu dan selalu menyaksikan seketika kita singgah di rumah makan, restoran, toko-toko, supermarket, mall,  angkutan umum seperti taxi dan lain-lain yang pastinya karyawan tentu orang luar. Orang luar, yakni orang jawa, bugis, makasar dan sebagainya yang datang ke papua mempunyai motif hanya mencari kekayaan untuk memperkaya diri sendiri. mereka pun tidak memiliki kesadaran untuk perdayakan orang pribumi menjadi subjek produsen namun secara sadar sengaja membiarkan orang pribumi menjadi objek konsumen belaka, dan bukan datang untuk memperdayakan rakyat papua menjadi produk atau subyek utama ekonomi. Rakyat papua patut menyadari bahwa apa yang di praktekan oleh orang pendatang di tanah papua barat bukanlah alami melainkan program sistematis demi menguasai perekonomian di tanahnya orang papua. dengan hadirnya otonomi khusus dengan slogan bahwa orang asli papua harus menjadi tuan di negeri sendiri maka orang asli papua beranggapan bahwa untuk menjadi tuan di negeri sendiri harus menjadi pegawai negeri sipil, gubernur, DPR, Bupati dan sebagainya dengan demikian rakyat papua pada umumnya berbondong-bondong masuk dalam lingkaran birokrasi, pengurus partai, serta berkecimpung di dunia politik praktis. Pada hal menjadi tuan di negeri sendiri merupakan tanpa kehadiran proyek otonomi khusus otomatis orang papua sudah menjadi tuan di negeri sendiri.
bukti nyata otonomi khusus adalah mama-mama papua dapat berjualan di samping jalan raya, depan toko-toko dan mall-mall. Jika orang luar papua sungguh-sungguh membangun orang papua maka tidak mungkin sejumlah toko-toko, mall-mall, ruko mewah yang ada dalam kota-kota besar di tanah papua tentu dikelolah oleh orang asli papua namun realitanya tidak sedemikian maka orang papua patut menyadari akan realitas ini bahwa dibalik semua itu ada motif lain, yaitu hanya untuk memarginalisasi orang pribumi dan orang luar leluasa mengontrol perekonomian di papua. Jika kita orang papua beranggapan bahwa kondisi tersebut wajar-wajar saja maka percayalah bahwa lambat laun orang asli akan terpojokan sehingga menjadi penonton diatas tanahnya sendiri.
Melihat realitas diatas maka rakyat papua mempunyai keharusan untuk merefleksi diri dan mempunyai komitmen untuk mencari solusi apakah kondisi tersebut dibiarkan hingga anak cucu kita pun dapat merasakan yang kita rasakan saat ini atau cukup kita yang ada saat ini yang mengalaminya dan memutuskan rantai kebodohanya dari sekarang. pilihan ada pada diri orang asli papua masing-masing.

Penulis : Robby Y. Wasini



Tidak ada komentar:

Posting Komentar