Kamis, 30 Maret 2017

KELAS BURU ORANG ASLI PAPUA DAN REAKSINYA TERHADAP REVOLUSI IDEOLOGI PAPUA MERDEKA




“Sejarah Dari Masyarakat Yang Ada Sampai Sekarang Adalah
 Sejarah Perjuangann Kelas”(Karl Marx).

Pendekatan pengetahuan terhadap lingkungan disekitar kita berada tentunya mendalami secara teori neomarxis, tidak terlepas dari dasar teori dialektika historis yang dikembangkan oleh Karl Marx untuk menganalisa struktur kelas kapital di eropa pascah revolusi industri. Karl marx mendefinisikan bahwa perjuangan antar kelas di sebabkan karena adanya faktor produksi dan pembagian pekerja, yang intinya adalah material yang kita miliki akan menyebabkan perbedaan antar status tingkat kelas yang satu dengan yang lainya.
Mama Papua jualan hasil bumi di atas tanah.
dengan landasan pemikiran itulah maka karl marx berpendapat bahwa sejarah dari masyarakat yang ada sampai sekarang  adalah sejarah perjuangan kelas. dari penjelasan singkat diatas kita menengok kembali bagaimana kedudukan dan peran masing-masing kelas atau golongan asli pribumi yang terstruktur di west papua yang sangat mempengaruhi kehidupan status seseorang dan karakternya dalam mempertahankan posisinya atau kelasnya terhadap reaksi dinamika sosiopolitik dan budaya yang mempengaruhi proses revolusi ideologi papua merdeka yang terus hidup dan berkembang dari waktu ke waktu dan generasi ke generasi. tanpa memahami pengaruh, keberadaan dari  kelas-kelas itu. revolusi yang diimpikan akan menjadi utopis alias impian belaka, karena sejarah revolusi sejati adalah kesatuan dan kekuatan kelas atau golongan itu sendiri. kelas buru merupakan tenaga kerja yang dipergunakan skill atau kemampuan otakya demi kepentingan kapital (pemodal), yang dikuras tenaganya, waktunya dan kemampuanya untuk meningkatkan modal kaum kapital padahal buru (tenaga kerja) hanyalah proletar (rakyat biasa) yang tidak mempunyai modal apa-apa sehingga suka-tidak suka harus secara terpaksa tunduk mengikuti kemauan pemilik produksi kaum kapital.
Orang asli west papua pada umumnya tidak terlepas dari struktur kelas yang dimaksudkan dalam penjelasan diatas bahwa ada beberapa tingkatan kelas yang dapat mempengaruhi perjuangan revolusi ideologi papua merdeka tersendat-sendat hanya karena takut akan kehilangan eksistensi posisinya juga material (hartanya) yang menyebakan munculnya reaksioner yang berbeda antara kelas yang satu dengan yang lainya atas revolusi papua merdeka. pada kenyataanya dari berbagai reaksi itu rakyat papua masi  mengalami banyak kesenjangan sosial dan juga di bantai, didiskriminasi, diteror, dibungkam hak-hak politiknya hingga menyebabkan terjadinya pembunuhan nyawa. semua fenomena ini tak lain hanya karena mempertahankan eksistensi status kelas itu sendiri. kelas borjuis orang asli papua terdiri dari beberapa golongan/kelompok diantaranya, Kelompok Agama, Kelompok Militer, Kelompok Birokrasi, Kelompok Intelektual, dan Kelompok Pengusaha. 

a.    Kelompok Agama
Agama merupakan aliran yang mengajarkan tentang kedamaian, keadilan, cinta kasih antara sang pencipta dan manusia serta manusia dengan sesama juga alam. orang asli papua yang berkecimpung didunia agama mayoritas betul-betul menegakan eksistensi ajaran agama itu sendiri dan mayoritas lain ada yang abu-abu atas penderitaan rakyat papua dan kondisi sosiopolitik yang terus terjadi di papua, akhirnya menimbulkan reaksi yang berbedah pula. ada yang betul-betul serius menantang ketidak adilan yang terjadi yang dilakukan pemerintah Indonesia, ada yang betul-betul menginginkan ketidak adilan yang dilakukan pemerintah Indonesia sebagai hal yang wajar dan harus terjadi. penomena ini menyebabkan dualisme reaksi yang tidak pernah akan terselesaikan.

b.    Kelompok Militer
Orang asli papua yang berkuasa di dunia militer ibarat lupa daratan sehingga mengutamakan kepentingan nasional dibanding kepentingan sesama manusia yang mempunyai asal-usul yang sama. Jika menganalisa secara mendalam terkait kelompok militer maka orang asli papua yang berkecimpung dikawasan ini tak lain hanyalah memperalat mereka dan hanya demi kepentingan nasional untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-harinya yang rendah di banding tenaga, waktu dan semangatnya tanpa pamri mengikuti perintah atasanya. anehnya adalah demi mengamankan kepentingan statusnya rela menyiksa hingga mengorbankan nyawa sesama ras dan sukunya sendiri semena-mena ia orang yang datang dari dunia lain. mereka yang didunia ini hanya dua pilihan, yaitu mempertahankan harga diri status dan pendapatan materialnya dan mengorbankan sesamanya atau menyelamatkan sesamanya dan merusak statusnya atau nyawanya melayang karena melalaikan perintah atasan, akhirnya terpaksa mengorbankan nyawa sesamanya demi mempertahankan eksistensi status dan materialnya. sungguh ironis, betapa stengah matinya orang papua yang terjun kedunia militer.


c.     Kelompok Birokrasi
Orang asli papua yang berkecimpung dalam dunia birokrasi adalah orang-orang yang suka malu-malu kucing padahal realitanya adalah mereka sudah tahu situasi sosiopolitik di papua yang sebenarnya. pura-pura diam dan apatis dengan keadaan. Slogan mereka hanya satu “Buat Apa Pusing Dengan Sistuasi, Negara Digaji Kok”. orang-orang ini takut dapat pecat oleh atasanya atau negara jika menentang ketidak adilan yang terjadi atau takut tidak dapat gaji untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. sayangnya merekapun diperalat oleh kepentingan Negara Indonesia yang hanya terima gaji sebulan dibanding tenaga, kemampuan, waktu mereka setiap harinya dari pagi dikantor hingga pulang malam yang seharusnya digaji harus berbanding dengan tenaga mereka. karena demi memperkokoh status kelas mereka maka sentiment dan melakukan reaksi yang berbeda dengan perkembangan revolusi ideologi papua merdeka tak kunjung selesai. terkadang kesenjangan sosial ekonomi masyarakat masih jauh rendah dan miskin namun Laporan Pertanggung Jawabanya pun tak pernah ada temuan dari negara. semua dinamika itu taklain hanya karena memperkokoh status kelasnya dan materialnya.



d.    Kelompok Intelektual
yang mendiami dalam dunia intelektual ini adalah kelompok yang paling gengsi akan pengaruh-pengaruh dari kelompok lain, suka menetang dan sebagainya, namun terkadang mereka selalu bersandar di kelompok birokrasi dan kelompok pengusaha. orang papua yang tergolong dalam dunia ini adalah mahasiswa dan dosen. dosen sebagai produksi ilmu-ilmu dan teori sedangkan mahasiswa merupakan konsumen atau penerima ilmu-ilmu dan teori yang ditransfer oleh dosen. peranan dosen sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual mahasiswa itu. merujuk dari sistem pendidikanya maka pendekatan sistem pendidikan di papua berbasis sistem pendidikan kapital, dimana sebagai sarana bisnis sehingga bukanya dosen mempersiapkan mahasiswa menjadi solusi dinamika sosiopolitik melainkan kader-kader pemimpin penindasan sesama yang lemah. hingga saat ini mahasiswa didoktrin dan saling mendoktrin antar sesama mahasiswa akhirnya menimbulkan reaksi yang berbeda pula atas dinamika revolusi ideologi papua merdeka. dalam kegiatan-kegiatan nonformal ditingkat kemahasiswaan pun diperhadapkan dengan sentiment anti revolusi ideologi papua merdeka yang realitanya ditakuti dan dijauhi bagaikan hantu dan sampah busuk namun sadar entah tidak sadar sebagai orang papua  (ideologi) itu akan selalu hidup bersamanya. salah satu faktor utama dalam realita dinamika ini adalah sistem kurikulumnya sehingga salah satu alternatif dalam sistem pendidikan harus dikolaborasikan dengan sistem hadap masalah yang ditawarkan oleh faulo freire agar mahasiswa itu bukanya menjauhi masalah melainkan mendekatinya dan mencari solusinya demi perubahan sosiopolitik itu sendiri. mahasiswa mempunyai peranan penting dalam penyelesaian sengketa revolusi ideologi papua merdeka namun sayang mayoritas mahasiswa diperhadapkan dengan berbagai tawaran sehingga ikut membungkam dan anti revolusi. 


e.     Kelompok Pengusaha
Orang papua pada umumnya yang ada dalam lingkaran ini realitanya adalah tidak memandang Negara Indonesia maupun revolusi ideologi papua merdeka tetapi lebih tertuju pada kepentingan diri sendiri dalam benaknya hanya satu slogan “Hari Ini Saya Menghasilkan Uang Berapa Banyak”. dengan landasan pemikiran itu maka mereka pun ikut memperkokoh sistem ketidak adilan dan menebarkan proyek dan ideologinya diseluruh penjuru tanah papua entah proyeknya meningkatkan kesejatheraan masyarakat atau menciptakan ketidak adilan itu bukan tujuan utama tetapi tujuanya yang terpenting bisa dapat menghasilkan  nilai lebih dari itu. terkadang demi memperlancar proyeknya dapat berkolaborasi dengan kelompok militer guna mengamankan kepentinganya sehingga masyarakat protes tentunya kelompok militer reaksi untuk mengamankan proyeknya dan untuk mengantisipasi itu kelompok ini akan taruhan sebagian pendapatanya membayarkan kelompok militer sehingga terjadilah kehendak kelompok kapital.


Kesimpulan

Hasil akhir daripada pertentangan kelas diatas dapat saling memperkokoh sedemikian rupah dan saling mempertahankan eksistensi status dan kelasnya masing-masing mengakibatkan kadar pengaruhnya sangat mempengaruhi fisikologis rakyat papua barat akhirnya yang terjadi hanyalah kontradiksi pro dan kontra dan saling ketidak percayaan antara kelompok yang satunya dan yang lainya maka rakyat biasa pun ikut memperkokoh kepentingan kelas-kelas itu. dalam kesempatan itulah Negara Indonesia berkolaborasi dengan kelas-kelas buruh orang asli papua untuk memperkokoh sistemnya sedemikian rupah sehingga yang perang melawan reaksi dan revolusi itu bukanya Negara Indonesia melainkan kelas-kelas orang asli papua sendiri yang nota bene satu asal moyang, yaitu ras Melanesia. rakyat papua diperhadapkan kepada kebimbangan, keraguan dan ketidak percayaan apakah harus melakukan revolusi untuk  keluar dari kungkungan Negara Indonesia dengan menentukan nasib sendiri dan mengatur rumah tangganya sendiri atau harus tinggal berintegrasi dengan Indonesia. kontradiksi ini bukanlah suatu kodrati ciptaan Allah bangsa leluhur negeri papua barat untuk orang papua sejak turun-temurun, generasi kegenerasi hidup dalam dualisme ideologi  melainkan hanyalah sebuah nafsu buatan kelas-kelas orang asli papua itu sendiri. maka dalam kesimpulan akhir dari tulisan ini adalah kelas-kelas yang tergabung dalam kelompok agama, militer, birokrasi, intelektual dan pengusaha asli mestinya menyadari akan realita dinamika sosiopolitik yang terjadi selama 55 (limapuluh lima) tahun semenjak berintegrasi dengan Negara Indonesia patut sadar bahwa masalah itu bukanlah ciptaan Allah melainkan buatan manusia yang tidak semestinya biarkan hidup dan berkembang terus-menerus. dengan demikian demi terciptanya kedamaian dan keadilan nasip generasi ras melanesia di west papua tentunya bersatu padu untuk mengakhirinya. menganalisa secara mendalam realita yang terjadi di papua pada intinya kelas-kelas itu hanyalah korban sistem buatan kolonial Indonesia. , bumbuh-bumbuh sejuta kebijakan dan regulasi manis yang dibuat sekalipun di dunia ini negera yang tumbuh berkembang dengan dualisme ideologi otomatis  rakyatnya tidak pernah akan sejathera. solusi terakhir hanyalah revolusi.

Revolusioner papua barat bukanlah senjata, senjata sesungguhnya adalah buruh dan proletar. “ ketakutan kami untuk mengatakan kebenaranlah yang menyebabkan selama bertahun-tahun memberi kesempatan dan kekuatan bagi para penindas menindas kami” Ibu Shirin Ebadi.
Sekian coretan singkat ini. Syukur Bagimu Tuhan….

Saran, kritik dan masukanmu adalah bukti cinta itu.

Yepmum….!!
                                          Oleh : Aktivis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar